Kamis, 24 Agustus 2017

Beautiful Desire - 00

Ellysa Gianna, gadis berusia 16 tahun blasteran Amerika-Indonesia yang biasa dipanggil Elsa itu kini duduk di kelas 10 di salah satu sekolah berstandar internasional dimana seluruh muridnya adalah golongan orang kaya. Elsa cantik tentu saja, namun pribadinya yang pendiam membuatnya menjadi sosok penyendiri karena jarang bergaul dengan teman sebayanya. Karena hal itu, setelah menamatkan pendidikan menengah pertamanya di Amerika, orang tuanya memutuskan menyekolahkannya di Indonesia dengan tujuan agar Elsa bisa lebih terbuka dengan sekelilingnya.

Bagi yang tak mengenal Elsa, mungkin mereka sudah menganggap gadis itu sombong karena tak mau berteman dengan siapapun. Tapi kenyataannya, gadis itu hanya terlalu pemalu dengan menganggap dirinya tak pantas berteman dengan siapapun karena ia hanya bisa membuat mereka kerepotan dengan tingkah manja dan cengengnya. Saat di sekolah lamanya pun Elsa hanya mempunyai seorang teman, itu pun bukan ia yang menghendaki pertemanan itu. Karenanya Elsa lebih memilih menutup dirinya. Menempati zona yang menurutnya aman.
.
.
"Berbaris rapi, cepat!" teriak seorang pemuda dengan jas khusus yang hanya dimiliki oleh anggota OSIS di sekolah baru Elsa. Hari ini adalah hari terakhir pelaksanaan MOPD. Itu artinya penderitaan Elsa juga akan berakhir setelah enam hari penuh mendapat pelatihan mental dari para panitia MOPD itu.

Elsa meluruskan barisan takut-takut setelah lagi-lagi mendengar teriakan aba-aba dari panitia MOPD yang memekakkan telinga. Panas matahari semakin menyengat kulit kepala, membuat keringat sebesar biji jagung mengalir melalui pelipis juga lehernya. Sudah hampir dua jam para peserta didik baru diorientasi oleh panitia MOPD yang tak lain merupakan anggota OSIS yang sangar bukan main.
Elsa dengan terpaksa menunduk ketika kepalanya berdenyut pening. Kedua matanya ia pejamkan sejenak lalu dibukanya lagi guna menghalau rasa pusing yang mendadak menderanya.

"El, are you okay? Kamu dipanggil." bisik Kenia. Teman barunya yang bermata sipit. Satu-satunya siswi yang menyapa Elsa dan mengajak gadis pendiam itu berteman.

"Baris nomor tiga dari depan, maju!" panggil Kak Beni, salah satu panitia MOPD berwajah sangar.
Elsa melangkah takut dan berdiri di depan Beni dengan kepala menunduk. Menunggu dengan gusar hukuman apa yang akan diberikan padanya dengan kesalahan entah apa yang dia perbuat.

"Kamu tau dimana letak kesalahanmu?" 

Elsa menjawab dengan gelengan pelan. Memang ia tak tahu kesalahannya karena ia tak merasa membuat kesalahan apapun. 

"Jawab!" ujar Beni menaikkan oktaf suaranya. 

Terkesiap, Elsa mendongak cepat untuk kemudian menunduk lagi. Ia mundur selangkah. "T-tidak tau Kak." gumamnya disertai gelengan. 

Setelahnya, yang Elsa dengar adalah ceramahan panjang lebar dari Beni yang sebenarnya lebih pantas disebut bentakan-bentakan marah. Telinga Elsa sampai pengang dibuatnya, berakibat ke kepalanya yang sekali lagi pusing dan berat terasa seperti dijatuhi beban berkilo-kilo beratnya. Dalam hitungan detik tubuh Elsa oleng dan ambruk begitu saja.

Kejadian itu membuat seorang laki-laki dua menghentikan langkah hanya untuk melihat ke bawah, ke arah salah satu anak didik di sekolah itu yang tengah membopong seorang gadis yang sedang pingsan. Gadis yang... sangat cantik.

My Step Brother - 6 (Ending)

Chapter 6 ( Ending) Dua hari kemudian Bian membuka akun instagramnya. Gerahamnya segera saja bergemeletuk menahan geram ketika menda...