Chapter 3 - Awal dari Masalah
Aries
harus kembali ke Denpasar untuk mengurus distro yang berdiri berkat hasil
kerjasamanya dengan Leo dan Virgo. Kedua temannya itu sedang memiliki urusan
yang sama-sama penting hingga tak bisa ditinggalkan. Jadi, betapapun Aries
tidak ingin meninggalkan rumah, ia tetap harus kembali ke Denpasar.
Distro
itu didesain apik dengan perpaduan warna hitam dan putih, bergaya sporty.
Pencahayaannya juga telah diatur supaya pantas.
Distro
itu sudah berdiri sejak dua tahun yang lalu, tepat ketika Aries, Virgo dan Leo
menempati semester tiga di kampus yang sama. Virgo-lah yang pada awalnya
mengusulkan untuk membangun usaha sampingan itu. Berkat bantuan dana dari orang
tua Leo, maka berdirilah distro itu.
Penghasilannya
lumayan cukup untuk membayar biaya kuliah dan kontrakan mereka. Yang datang
membeli di sana biasanya para pemuda, mahasiswa kampus dan beberapa kalangan
lain. Namun mahasiswa yang menjadi kakak tingkat dan adik tingkat merekalah
yang paling dominan datang ke distro itu.
Dua
hari di Denpasar membuat Aries merindukan rumahnya. Merindukan Ivanka Ristya.
Ada yang mengganjal di antara mereka setelah ciuman malam itu.
Ivy
menjadi lebih banyak diam dan menghindar. Aries merasa gelisah bila mengingat
bahwa teman gadis itu telah datang dari Jakarta. Ia cemas dengan keakraban
keduanya.
Sementara
dirinya jauh untuk mengawasi Ivy, lelaki bernama Miftah itu dengan begitu
leluasa berinteraksi dengan gadis itu. Tidak bisa diBiarkan. Aries tak bisa membiarkan
lelaki manapun mengambil Ivy darinya.
Sebab
sejak dulu, gadis itu adalah miliknya. Aries tidak paham mengapa dulu Ivy
menolak untuk dijodohkan dengannya. Ia tak merasa bahwa hubungan mereka begitu
buruk hingga tidak memungkinkan bila perjodohan itu terlaksana.
Seingat
Aries, dulu ia dan Ivy cukup akrab. Ya, lumayan akrab hingga bisa saling
percaya untuk berbagi ciuman pertama. Suatu keanehan bila tiba-tiba gadis itu
menolak perjodohan mereka.
Aries
tidak akan berbicara tentang cinta saat ini. Ia yakin bahwa dirinya dan Ivy
sama-sama tahu apa yang dulu mereka rasakan. Yang ingin Aries pertanyakan
adalah, mengapa setelah perjodohan yang gagal itu, Ivy tidak lagi mau
berhubungan dengannya? Kesalahan apa sebenarnya yang telah ia perbuat?
Bila
Aries tengah bergelut dengan pikirannya, maka Ivy saat ini sedang
bersenang-senang dengan Miftah. Miftah mengajaknya untuk berkeliling di
Singaraja.
“Mau
makan apa lagi?”
Ivy
menggeleng-geleng, “Kenyaaang,” ujarnya lalu tersenyum. Perutnya sudah penuh
dan tak bisa menampung makanan apapun lagi sekarang.
Ivy
menyebut acara mereka sebagai wisata kuliner dadakan di Singaraja. Mereka sudah
mendatangi banyak resto untuk mencicipi menu-menu andalan di sana, juga
beberapa warung yang katanya direkomendasikan untuk didatangi.
Dan
sekarang, Ivy merasa tubuhnya sudah tidak mau digerakkan. Terlalu kenyang dan
terlalu lelah.
“Mau
ke pantai?”
“Yuk,”
Ivy menyetujuinya, “Lihat sunset.”
Mereka
naik taksi menuju pantai. Pantai Lovina menjadi pilihan Ivy. Ivy sudah pernah
pergi ke sana seorang diri pada pagi hari untuk melihat sunrise.
Di
tepi pantai itulah Ivy dan Miftah duduk berdampingan. Beberapa orang anak
pantai terlihat asyik bermain. Mereka tak peduli dengan keadaan pakaian yang
basah terkena air, atau tubuh yang kotor akibat pasir. Bahkan mereka sampai
berendam di bibir pantai setelah bermandikan pasir-pasir itu.
Ivy
terkekeh melihat bagaimana anak-anak itu bermain. Air matanya merebak dengan
seketika. Wajar, mereka masih anak-anak. Yang ada di pikiran mereka hanya
bermain dan bermain. Mereka tidak tahu, bahwa kelak ketika mereka dewasa, ombak
yang dulunya mereka anggap menyenangkan akan menggulung mereka secara perlahan.
Menenggelamkan dan membuat mereka putus asa.
Miftah
merangkul gadis itu. Ivy tidak segan lagi menumpahkan tangisnya di pundak
sahabatnya. Hatinya risau dan gundah. Terkadang ia merasa kesepian, selanjutnya
ia menemukan dirinya kebingungan. Benarkah ia kesepian? Lalu apa peran Miftah,
peran Tante Mira dan semua orang yang peduli padanya?
Nyatanya,
hidup tanpa orang tua sungguhlah berat. Ivy merasa kesepian karena ia sadar.
Bahwa ketika ia rindu peluk ayah dan ibu, tidak akan ada yang bisa
memberikannya hal itu.
Senja
sampai malam di hari itu, Ivy berdiam diri di tepi pantai yang sudah gelap.
Tidak ada bintang, tidak ada bulan. Langit sepi sebagaimana hatinya kesepian.
***
Aries
terkejut ketika membuka pintu kontrakannya dan melihat Ivy berdiri di sana.
Gadis itu tidak datang sendiri, tetapi bersama dengan Miftah. Hal itu membuat
Aries menghela napas berat.
“Masuk,
Vy.”
Ivy
mengajak Miftah serta tentu saja. Aries mengartikannya sebagai kepedulian gadis
itu terhadap Miftah. Membuatnya cemburu bukan main. Berhari-hari ia memikirkan
gadis itu hingga ia tak sadar bahwa kebiasaan buruknya yang dulu perlahan mulai
ia tinggalkan.
“Aku
nggak tahu ini penting atau penting banget, tapi Tante Mira nyuruh aku nganter
ini ke sini.” Ivy meletakkan tempat makanan yang dibawanya dari rumah Tante
mira.
Aries
menangkap maksud lain dari ibunya. Ibunya itu pasti hanya ingin membantunya
untuk bertemu dengan Ivy tanpa ia harus pulang. Memang tidak memakan waktu lama
untuk ke Singaraja. Namun tidak efektif bila ia harus bolak-balik
Singaraja-Denpasar bila alasannya hanya merindukan gadis itu.
“Kamu
sudah makan, Vy? Kalau belum, ayo makan di sini.”
Ivy
menatap Miftah untuk meminta persetujuan, “Mau?”
Kenapa
Ivy harus menunggu jawaban lelaki itu dulu hanya untuk makan? Aries menahan
bibirnya yang gatal untuk tidak berdecih.
“Boleh.”
Miftah menyetujuinya.
“Kamu
bisa siapkan dulu kan, Vy? Dapurnya di belakang.”
Ivy
mengangguk. Aries memastikan sampai gadis itu tidak lagi terlihat dan tidak
mendengar apa yang ingin dikatakannya kepada Miftah.
“Langsung
saja. Gue nggak suka lo dekat dengan Ivy.”
Miftah
yang memang telah menduga bahwa Aries akan berkata sesuatu, menanggapinya
dengan tenang.
“Kenapa?
Gue bisa jagain dia.”
“Gue
lebih bisa.” balas Aries penuh penekanan, “Gue nggak mau lihat lo mendekatinya
lagi.”
Miftah
terkekeh, “Apa itu salah? Gue sayang sama Ivy lebih dari apapun. Kalau gue
jauhin dia, dia akan sedih.”
“Tidak
akan.” Aries menjawab pasti.
“Memangnya
siapa lo sampai punya hak melarang gue dekat dengan Ivy?”
Sisi
egois dan tidak sabaran Aries menyeruak keluar mendengar pertanyaan itu. Miftah
harus segera dibuat mundur sebelum semuanya hancur. Aries akan melakukan apapun
untuk mendapatkan Ivy.
“Gue
adalah orang yang dijodohkan dengannya. Orang yang mengambil ciuman pertamanya.”
Miftah
ingin tertawa melihat keseriusan di wajah Aries. Ia berdeham dan menatap lawan
bicaranya itu remeh.
“Bagaimana
jika gue bilang kalau gue pernah tidur sama dia?”
“Bangsat!”
Aries meraung, tiba-tiba saja ia sudah berdiri dan merenggut leher Miftah, “Lo
pikir apa yang baru saja lo katakan, hah?!”
“Calm
down, Bro. Bukannya itu lumrah? Kami sama-sama menginginkannya.” Miftah menepis
tangan Aries, “Kita bermain fair saja. Biarkan Ivy yang memilih.”
Aries terengah
saat kembali ke tempat duduknya. Ekspresinya gelap nan muram. Ia marah
membayangkan bahwa Ivy pernah tidur dengan lelaki. Ia marah karena hal itu bisa
menutup kemungkinan bagi Ivy untuk untuk bisa didapatkannya.
Tidak.
Apapun yang sudah terjadi, Ivy tetap miliknya.
Acara
makan itu dimulai ketika Ivy selesai menyiapkan semuanya. Aura tegang hanya
berasal dari tubuh Aries yang mendadak kaku. Sementara Miftah dan Ivy nampak
sangat santai. Keakraban keduanya membuat matanya sakit.
Gadis
itu sangat memperhatikan Miftah. Bahkan Ivy tahu bahwa Mitah tidak terlalu
menyukai olahan telur. Aries cemburu, dadanya terasa sesak sekarang. Langkah
yang salah telah mengajak Ivy makan bersama.
“Kamu
banyakin makan, Vy. Pipi kamu sekarang agak tirusan. Jadi jelek.”
Terlihat
Ivy merengut setelah mendengar perkataan Miftah, “Jadi aku jelek?”
“Iya,”
Miftah mengerling jahil, “Nggak empuk lagi.”
“Miftah,
ih!”
Bersamaan
dengan gadis itu yang bersungut sebal, Aries tersedak. Apa? Tidak empuk lagi?!
“Mas,
pelan-pelan makannya. Minum.” Ivy mengambilkan lelaki itu air.
Aries
tidak segera mengambil gelas itu. Malahan ia menatap Ivy seolah ingin mencari
kebenaran yang mungkin gadis itu sembunyikan darinya.
“Mas?”
Aries
menghela napas muram. Ia menerima gelas itu dan meminum airnya dalam diam. Sesi
makan itu selesai tidak lama kemudian. Ivy menolak saat Aries menawarkannya
untuk menginap. Jelas gadis itu lebih memilih untuk pergi dengan lelaki yang
disukainya kan?
Sumpah-serapah
meluncur dari mulut Aries. Ia harus bergerak cepat. Ivy tak boleh sampai
melakukan hal itu lagi. Kalau pun ada lelaki yang boleh tidur dengan gadis itu,
maka lelaki itu adalah Aries. Aries tidak akan bisa menerima bila ada tangan
lain yang menjamah gadisnya. Dan akan hancur bila hati gadis itu telah dimiliki
lelaki lain.
lll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan yaa :)