Kamis, 02 November 2017

Aries - Chapter 3



Chapter 3 - Awal dari Masalah

Aries harus kembali ke Denpasar untuk mengurus distro yang berdiri berkat hasil kerjasamanya dengan Leo dan Virgo. Kedua temannya itu sedang memiliki urusan yang sama-sama penting hingga tak bisa ditinggalkan. Jadi, betapapun Aries tidak ingin meninggalkan rumah, ia tetap harus kembali ke Denpasar.
Distro itu didesain apik dengan perpaduan warna hitam dan putih, bergaya sporty. Pencahayaannya juga telah diatur supaya pantas.
Distro itu sudah berdiri sejak dua tahun yang lalu, tepat ketika Aries, Virgo dan Leo menempati semester tiga di kampus yang sama. Virgo-lah yang pada awalnya mengusulkan untuk membangun usaha sampingan itu. Berkat bantuan dana dari orang tua Leo, maka berdirilah distro itu.
Penghasilannya lumayan cukup untuk membayar biaya kuliah dan kontrakan mereka. Yang datang membeli di sana biasanya para pemuda, mahasiswa kampus dan beberapa kalangan lain. Namun mahasiswa yang menjadi kakak tingkat dan adik tingkat merekalah yang paling dominan datang ke distro itu.
Dua hari di Denpasar membuat Aries merindukan rumahnya. Merindukan Ivanka Ristya. Ada yang mengganjal di antara mereka setelah ciuman malam itu.
Ivy menjadi lebih banyak diam dan menghindar. Aries merasa gelisah bila mengingat bahwa teman gadis itu telah datang dari Jakarta. Ia cemas dengan keakraban keduanya.
Sementara dirinya jauh untuk mengawasi Ivy, lelaki bernama Miftah itu dengan begitu leluasa berinteraksi dengan gadis itu. Tidak bisa diBiarkan. Aries tak bisa membiarkan lelaki manapun mengambil Ivy darinya.
Sebab sejak dulu, gadis itu adalah miliknya. Aries tidak paham mengapa dulu Ivy menolak untuk dijodohkan dengannya. Ia tak merasa bahwa hubungan mereka begitu buruk hingga tidak memungkinkan bila perjodohan itu terlaksana.
Seingat Aries, dulu ia dan Ivy cukup akrab. Ya, lumayan akrab hingga bisa saling percaya untuk berbagi ciuman pertama. Suatu keanehan bila tiba-tiba gadis itu menolak perjodohan mereka.
Aries tidak akan berbicara tentang cinta saat ini. Ia yakin bahwa dirinya dan Ivy sama-sama tahu apa yang dulu mereka rasakan. Yang ingin Aries pertanyakan adalah, mengapa setelah perjodohan yang gagal itu, Ivy tidak lagi mau berhubungan dengannya? Kesalahan apa sebenarnya yang telah ia perbuat?
Bila Aries tengah bergelut dengan pikirannya, maka Ivy saat ini sedang bersenang-senang dengan Miftah. Miftah mengajaknya untuk berkeliling di Singaraja.
“Mau makan apa lagi?”
Ivy menggeleng-geleng, “Kenyaaang,” ujarnya lalu tersenyum. Perutnya sudah penuh dan tak bisa menampung makanan apapun lagi sekarang.
Ivy menyebut acara mereka sebagai wisata kuliner dadakan di Singaraja. Mereka sudah mendatangi banyak resto untuk mencicipi menu-menu andalan di sana, juga beberapa warung yang katanya direkomendasikan untuk didatangi.
Dan sekarang, Ivy merasa tubuhnya sudah tidak mau digerakkan. Terlalu kenyang dan terlalu lelah.
“Mau ke pantai?”
“Yuk,” Ivy menyetujuinya, “Lihat sunset.”
Mereka naik taksi menuju pantai. Pantai Lovina menjadi pilihan Ivy. Ivy sudah pernah pergi ke sana seorang diri pada pagi hari untuk melihat sunrise.
Di tepi pantai itulah Ivy dan Miftah duduk berdampingan. Beberapa orang anak pantai terlihat asyik bermain. Mereka tak peduli dengan keadaan pakaian yang basah terkena air, atau tubuh yang kotor akibat pasir. Bahkan mereka sampai berendam di bibir pantai setelah bermandikan pasir-pasir itu.
Ivy terkekeh melihat bagaimana anak-anak itu bermain. Air matanya merebak dengan seketika. Wajar, mereka masih anak-anak. Yang ada di pikiran mereka hanya bermain dan bermain. Mereka tidak tahu, bahwa kelak ketika mereka dewasa, ombak yang dulunya mereka anggap menyenangkan akan menggulung mereka secara perlahan. Menenggelamkan dan membuat mereka putus asa.
Miftah merangkul gadis itu. Ivy tidak segan lagi menumpahkan tangisnya di pundak sahabatnya. Hatinya risau dan gundah. Terkadang ia merasa kesepian, selanjutnya ia menemukan dirinya kebingungan. Benarkah ia kesepian? Lalu apa peran Miftah, peran Tante Mira dan semua orang yang peduli padanya?
Nyatanya, hidup tanpa orang tua sungguhlah berat. Ivy merasa kesepian karena ia sadar. Bahwa ketika ia rindu peluk ayah dan ibu, tidak akan ada yang bisa memberikannya hal itu.
Senja sampai malam di hari itu, Ivy berdiam diri di tepi pantai yang sudah gelap. Tidak ada bintang, tidak ada bulan. Langit sepi sebagaimana hatinya kesepian.
***
Aries terkejut ketika membuka pintu kontrakannya dan melihat Ivy berdiri di sana. Gadis itu tidak datang sendiri, tetapi bersama dengan Miftah. Hal itu membuat Aries menghela napas berat.
“Masuk, Vy.”
Ivy mengajak Miftah serta tentu saja. Aries mengartikannya sebagai kepedulian gadis itu terhadap Miftah. Membuatnya cemburu bukan main. Berhari-hari ia memikirkan gadis itu hingga ia tak sadar bahwa kebiasaan buruknya yang dulu perlahan mulai ia tinggalkan.
“Aku nggak tahu ini penting atau penting banget, tapi Tante Mira nyuruh aku nganter ini ke sini.” Ivy meletakkan tempat makanan yang dibawanya dari rumah Tante mira.
Aries menangkap maksud lain dari ibunya. Ibunya itu pasti hanya ingin membantunya untuk bertemu dengan Ivy tanpa ia harus pulang. Memang tidak memakan waktu lama untuk ke Singaraja. Namun tidak efektif bila ia harus bolak-balik Singaraja-Denpasar bila alasannya hanya merindukan gadis itu.
“Kamu sudah makan, Vy? Kalau belum, ayo makan di sini.”
Ivy menatap Miftah untuk meminta persetujuan, “Mau?”
Kenapa Ivy harus menunggu jawaban lelaki itu dulu hanya untuk makan? Aries menahan bibirnya yang gatal untuk tidak berdecih.
“Boleh.” Miftah menyetujuinya.
“Kamu bisa siapkan dulu kan, Vy? Dapurnya di belakang.”
Ivy mengangguk. Aries memastikan sampai gadis itu tidak lagi terlihat dan tidak mendengar apa yang ingin dikatakannya kepada Miftah.
“Langsung saja. Gue nggak suka lo dekat dengan Ivy.”
Miftah yang memang telah menduga bahwa Aries akan berkata sesuatu, menanggapinya dengan tenang.
“Kenapa? Gue bisa jagain dia.”
“Gue lebih bisa.” balas Aries penuh penekanan, “Gue nggak mau lihat lo mendekatinya lagi.”
Miftah terkekeh, “Apa itu salah? Gue sayang sama Ivy lebih dari apapun. Kalau gue jauhin dia, dia akan sedih.”
“Tidak akan.” Aries menjawab pasti.
“Memangnya siapa lo sampai punya hak melarang gue dekat dengan Ivy?”
Sisi egois dan tidak sabaran Aries menyeruak keluar mendengar pertanyaan itu. Miftah harus segera dibuat mundur sebelum semuanya hancur. Aries akan melakukan apapun untuk mendapatkan Ivy.
“Gue adalah orang yang dijodohkan dengannya. Orang yang mengambil ciuman pertamanya.”
Miftah ingin tertawa melihat keseriusan di wajah Aries. Ia berdeham dan menatap lawan bicaranya itu remeh.
“Bagaimana jika gue bilang kalau gue pernah tidur sama dia?”
“Bangsat!” Aries meraung, tiba-tiba saja ia sudah berdiri dan merenggut leher Miftah, “Lo pikir apa yang baru saja lo katakan, hah?!”
“Calm down, Bro. Bukannya itu lumrah? Kami sama-sama menginginkannya.” Miftah menepis tangan Aries, “Kita bermain fair saja. Biarkan Ivy yang memilih.”
Aries terengah saat kembali ke tempat duduknya. Ekspresinya gelap nan muram. Ia marah membayangkan bahwa Ivy pernah tidur dengan lelaki. Ia marah karena hal itu bisa menutup kemungkinan bagi Ivy untuk untuk bisa didapatkannya.
Tidak. Apapun yang sudah terjadi, Ivy tetap miliknya.
Acara makan itu dimulai ketika Ivy selesai menyiapkan semuanya. Aura tegang hanya berasal dari tubuh Aries yang mendadak kaku. Sementara Miftah dan Ivy nampak sangat santai. Keakraban keduanya membuat matanya sakit.
Gadis itu sangat memperhatikan Miftah. Bahkan Ivy tahu bahwa Mitah tidak terlalu menyukai olahan telur. Aries cemburu, dadanya terasa sesak sekarang. Langkah yang salah telah mengajak Ivy makan bersama.
“Kamu banyakin makan, Vy. Pipi kamu sekarang agak tirusan. Jadi jelek.”
Terlihat Ivy merengut setelah mendengar perkataan Miftah, “Jadi aku jelek?”
“Iya,” Miftah mengerling jahil, “Nggak empuk lagi.”
“Miftah, ih!”
Bersamaan dengan gadis itu yang bersungut sebal, Aries tersedak. Apa? Tidak empuk lagi?!
“Mas, pelan-pelan makannya. Minum.” Ivy mengambilkan lelaki itu air.
Aries tidak segera mengambil gelas itu. Malahan ia menatap Ivy seolah ingin mencari kebenaran yang mungkin gadis itu sembunyikan darinya.
“Mas?”
Aries menghela napas muram. Ia menerima gelas itu dan meminum airnya dalam diam. Sesi makan itu selesai tidak lama kemudian. Ivy menolak saat Aries menawarkannya untuk menginap. Jelas gadis itu lebih memilih untuk pergi dengan lelaki yang disukainya kan?
Sumpah-serapah meluncur dari mulut Aries. Ia harus bergerak cepat. Ivy tak boleh sampai melakukan hal itu lagi. Kalau pun ada lelaki yang boleh tidur dengan gadis itu, maka lelaki itu adalah Aries. Aries tidak akan bisa menerima bila ada tangan lain yang menjamah gadisnya. Dan akan hancur bila hati gadis itu telah dimiliki lelaki lain.

lll 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan yaa :)

My Step Brother - 6 (Ending)

Chapter 6 ( Ending) Dua hari kemudian Bian membuka akun instagramnya. Gerahamnya segera saja bergemeletuk menahan geram ketika menda...