Chapter 6 - Dia Gadis
Liar
Pasar
Banyuasri memang ramai pada malam hari. Ivy dan Miftah berada di sana,
bergabung dengan semua orang yang tengah melakukan transaksi jual beli. Ivy
tidak berniat berbelanja. Ia mengajak Miftah ke sana hanya karena ingin tahu
seperti apa suasana pasar di malam hari.
Seperti
pasar tradisional pada umumnya, Pasar Banyusari tidak hanya menyediakan
kebutuhan pokok. Namun juga ada pedagang yang membuka warung makan. Ivy dan
Miftah sepakat untuk membeli nasi kuning yang harganya murah.
Sesekali
mereka berbicara dan bercanda. Candaan garing yang membuat Ivy tertawa lalu
memutar bola mata malas.
Di
sudut lain, Aries melihat keduanya. Tetap saja ia merasa cemburu. Gadis sialan
itu rupanya bahagia sudah tinggal bersama Miftah. Mungkin sebelumnya Ivy tidak
sudi tinggal dengan ibunya karena hal itu akan membuat gadis itu terkekang
kebebasannya. Bisa pergi dari rumahnya mungkin saja merupakan angin segar bagi
Ivy. Buktinya, gadis itu kini bisa tertawa bahagia.
“Oh,
itu Ivy!” seru Mira yang sudah selesai melakukan transaksi dengan penjual
sayur.
Perempuan
itu menghampiri Ivy dengan langkah lebar. Dengan terpaksa Aries mengikutinya.
Ia tidak melepas tatapannya dari gadis yang tersenyum kikuk disapa ibunya.
“Belanja,
Vy?”
Gadis
itu tertawa tak enak, “Jalan-jalan, Tan.”
“Di
pasar?” dan Mira tertwa ketika gadis itu mengangguk malu, “Kamu ada-ada saja.”
“Tante
belanja apa?” tanya gadis itu yang terlihattidak mau menatap Aries sama sekali.
Miftah yang berada di sebelah Ivy menghela napas berat. Ini semua tidak akan
berhasil.
“Kebutuhan
dapur, seperti biasa. Aries tidak mau disuruh pergi sendiri. Gengsi katanya.”
Mira tertawa lagi.
Ivy
ikut tertawa kecil, “Namanya juga laki-laki, Tan.”
“Gimana
tempat tinggal kamu yang baru, Vy?”
“Lumayan—”
“Tentu
saja dia menyukainya, Bu. Dia bebas melakukan apapun sekarang bersama pacarnya.”
Sela Aries sinis.
“Maksudnya?”
Mira bertanya tak paham dengan kalimat putranya.
“Ibu
pikir saja apa yang sering dilakukan oleh gadis tanpa orang tua. Nakal dan
tidak terkendali.”
Miftah
yang sejak tadi berdiam diri tak urung merasa marah karena Aries tak berhenti
merendahkan Ivy. Ivy yang merasakan perubahan gestur tubuh Miftah segera
memegang tangan lelaki itu.
“Maaf,
Tante. Kami harus pergi, permisi.”
Aries
menatap tautan tangan keduanya yang berlalu dengan ekspresi muram. Kalimatnya keterlaluan,
tetapi hal itu meluncur begitu saja dari mulutnya.
“Kita
bicara di rumah.” Tutur Mira final karena mencium adanya ketidakberesan antara
putranya dengan gadis yang diamanahkan padanya.
Tiba
di rumah, Aries duduk serampangan di sofa. Lelaki itu manatap sang ibu tanpa
minat.
“Apa
maksud perkataanmu tadi?” Mira menyipitkan matanya curiga.
“Apa?”
Aries balik bertanya, “Oh, Ibu tidak tahu kan, kalau rumah ini sudah Ivy
jadikan sebagai tempat bermesum ria dengan si brengsek itu?”
“Maksud
kamu Ivy dengan Miftah? Jangan sembarangan kamu. Mereka bersahabat secara
sehat, Aries!” bela Mira terang-terangan.
“Tidak
ada sahabat yang tidur bersama, Bu.”
“Jangan
menuduh mereka sembarangan kalau kamu tidak punya bukti.”
“Miftah
yang mengatakannya sendiri padaku kalau mereka sudah tidur bersama!” sengit
Aries.
Mira
tentu terkejut bukan main. Tetapi ia masih percaya bahwa suatu kejanggalan
telah terjadi.
“Kamu
tahu tidak kalau Miftah itu sudah punya pacar? Ibu bahkan pernah bicara pada
pacaranya via video call.”
“Lalu?”
Aries bertanya ketus, “Itu tidak menutup kemungkinan bagi Ivy untuk tidak tidur
dengan Miftah kan? Aku bahkan pernah melihat Miftah mencium gadis itu di depan
pintu, Bu! Ivy itu gadis nakal, dia tidak sepolos dulu lagi.”
“Ibu
tetap tidak percaya.” Mira menekankan kata tetap, “Kamu tahu di mana Ivy
tinggal sekarang?”
“Tentu
saja di tempat Miftah. Aku tidak akan heran jika nanti Ivy hamil di luar nikah.”
“Anak
bodoh!” nyinyir Mira kepada putranya, “Ivy mengontrak rumah, Aries. Dan Ibu
sudah memberitahumu alamatnya. Kamu pikir dia semiskin itu hingga tidak bisa
menyewa atau bahkan membeli rumah untuk ditinggali hingga harus menumpang?”
Mengontrak?
Aries memperbaiki posisi duduknya.
“Aku
melihat dengan mata kepalaku sendiri saat taksi mengantarakannya ke gedung
apartemen, Bu. Ada Miftah yang menunggunya di sana.”
“Kalau
kamu tidak percaya, kamu datangi saja alamatnya.” Mira menjeda ucapannya, “Tunggu.
Jangan katakan kalau kamu yang sudah membuat Ivy pergi dari rumah ini.”
“Memang
aku. Aku tidak sudi ibu tinggal dengan gadis jalang seperti Ivy.”
“Astaga,
Aries!” Mira benar-benar tak habis pikir, “Kamu pikir yang kamu lakukan itu
benar?”
“Ya.”
Jawab Aries mantap.
“Aries,
Ibu tidak tahu harus mengatakan apa lagi padamu. Sebaiknya kamu cari tahu
sendiri kebenarannya. Ibu yakin gadis itu pasti sakit hati karena ulahmu.”
Sakit
hati? Tidakkah ibunya melihat betapa bahagia gadis itu sekarang? Ivy bebas
untuk tidur dengan siapa pun. Orgasme telah mengembalikan kebahagiaan gadis
itu. Pikir Aries sinis.
lll
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan yaa :)