Selasa, 03 Oktober 2017

Beautiful Desire - 01

"Hai Princess, bagaimana harimu disana? Menyenangkan?"

Elsa memberengut mendengar pertanyaan ayahnya dari negara yang berbeda benua dengannya itu. Setelah lima belas hari dibuang ke Indonesia, ini adalah kali pertama ayahnya menghubunginya melalui skype.

"Ada apa dengan wajah merajukmu itu sayang?"

"Kenapa Dad baru menghubungiku? Hariku sangat-sangat-sangat menyenangkan!" jawab Elsa kesal. "Aku dibuang, aku sendirian dan aku dilupakan. Menyenangkan sekali kan Daddy?" ia balik bertanya sarkastik.

Lihat, Elsa hanya bisa bertingkah seperti anak-anak seusianya di depan orang tuanya. Selain itu, jangankan merajuk, tersenyum pun sulit ia lakukan. Bukan tak mau, entah kenapa Elsa enggan saja melakukan hal-hal sederhana yang lazim dilakukan seperti itu di depan orang lain.

Ayahnya tertawa mendengar ucapannya. "Itu menyenangkan sekali. Dad yakin akan jauh lebih menyenangkan kalau kamu sudah bisa beradaptasi. Dan, bagaimana apartementmu? Kamu suka?"

Elsa mengangguk. "Ya, tak buruk. Cukup nyaman dengan pemandangan erotis yang kulihat tiap pulang sekolah." ujarnya asal.

Memang, setiap pulang sekolah tak jarang Elsa menemukan pasangan mesum yang bercumbu panas di depan pintu apartement sebelah. Meskipun bukan di depan apartementnya, tetap saja Elsa jengah dengan pemandangan itu. Ternyata di tempat tinggalnya sekarang tak jauh beda dari tempat tinggalnya dulu, pasangan-pasangan liar masih saja sering ia temukan disini.

Elsa memutar bola matanya tak sopan ketika layar laptop memperlihatkan ibunya yang tiba-tiba datang dan duduk di pangkuan ayahnya, lalu mereka berciuman. "Ugh, Mom Dad! Bisakah kalian tidak berbuat mesum di depanku? Aku masih di bawah umur!"

Ibunya yang cantik tertawa lepas lalu mengedipkan sebelah matanya genit. Elsa hampir muntah dibuatnya. "Maafkan Mom sayang, hanya saja.. kamu tau kan kebiasaan kami?"

"Ya, ya. Asal jangan sampai ada adik saja ketika aku kembali. Bye Mom, Dad." Elsa mengakhirinya dengan lambaian tangan.

Elsa merapikan selimut setelah menyingkirkan laptopnya. Ia mengulum senyum, senang melihat ayah dan ibunya masih romantis di usia mereka yang memasuki kepala empat. Kisah cinta ayah dan ibunya membuat Elsa percaya kalau cinta sejati memang nyata di dunia ini, buktinya ayah dan ibunya tetap saling mencintai meskipun sudah hidup bersama selama hampir tujuh belas tahun. Dengusan geli menggantikan senyumnya, lagi-lagi karena ayah dan ibunya. Elsa menyebut mereka dengan Pervert Couple karena tak sungkan berbuat mesum di tempat umum, pun di hadapannya. Tapi, seberapa baik atau buruk pun ayah dan ibunya, Elsa tetap mencintai mereka melebihi apapun di dunia ini.

Pukul enam pagi Elsa sudah selesai mematut dirinya di meja rias. Polesan lipbalm rasa coklat kesukaannya menandakan berakhirnya dandanan naturalnya pagi ini. Walaupun pendiam dan pemalu, sedikit banyak Elsa juga peduli dengan penampilan. Mau bagaimanapun ia juga kan seorang perempuan.

Empat puluh lima menit kemudian Elsa sudah berada di kelasnya. Memangku tangan dan menghadap jendela sekaligus menulikan telinga dengan ramainya suasana kelas. Elsa lebih menyukai kesunyian yang menurutnya menenangkan daripada berisik dan mengganggu seperti ini. Ia mulai berpikir untuk menghabiskan waktu istirahatnya dengan mencari tempat sepi yang jauh dari gangguan murid-murid sekolah. Kemudian akan menempati tempat-yang-akan-ditemukannya itu seorang diri selama ia bersekolah disini.

"Aku heran dengan mulut mereka yang tak bisa berhenti bicara."

Elsa menoleh dan melihat Kenia yang tersenyum sambil berkata hai dengan ramah. Ia menjawabnya dengan senyum tipis. 

"Hei, kamu lebih cantik kalau tersenyum!" 

Mau tak mau Elsa kembali tersenyum. Kenia dengan sifat supelnya tentu membuat Elsa berpikir dua kali untuk menolak pertemanan yang Kenia tawarkan secara tersirat itu. 

"Kamu bersemangat sekali pagi ini." akhirnya Elsa membuka suara. 

"Tentu saja!" kemudian Kenia terkikik malu-malu. "Semalam aku bertunangan." bisiknya kemudian menunjukkan cincin di jari manisnya. 

Bertunangan? Di usia sebelia ini? Elsa hampir-hampir tak percaya kalau Kenia tak menunjukkan cincin pertunangannya. Teman barunya itu juga terlihat sangat bahagia. Pantas saja, siapa yang tidak bahagia bertunangan dengan seseorang yang dicinta? Elsa juga berharap nanti ia menemukan cintanya, entah di belahan dunia mana cintanya itu bersembunyi. 

"Selamat kalau begitu." 

"Terimakasih. Maaf aku tak mengundangmu, tapi kupastikan kamu akan menjadi orang pertama yang kuundang saat aku menikah nanti." Kenia tampak bersungguh-sungguh kali ini.

Elsa tertawa kecil, lalu mengangguk. "Dengan senang hati aku akan memenuhi undanganmu.

Nada suara Kenia semakin bersemangat ketika berkata, "Kita akan menjadi teman baik Elsa. Aku tau itu!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan yaa :)

My Step Brother - 6 (Ending)

Chapter 6 ( Ending) Dua hari kemudian Bian membuka akun instagramnya. Gerahamnya segera saja bergemeletuk menahan geram ketika menda...