"Hai Princess, bagaimana harimu disana? Menyenangkan?"
Elsa memberengut
mendengar pertanyaan ayahnya dari negara yang berbeda benua dengannya
itu. Setelah lima belas hari dibuang ke Indonesia, ini adalah kali
pertama ayahnya menghubunginya melalui skype.
"Ada apa dengan wajah merajukmu itu sayang?"
"Kenapa Dad baru
menghubungiku? Hariku sangat-sangat-sangat menyenangkan!" jawab Elsa
kesal. "Aku dibuang, aku sendirian dan aku dilupakan. Menyenangkan
sekali kan Daddy?" ia balik bertanya sarkastik.
Lihat, Elsa hanya bisa
bertingkah seperti anak-anak seusianya di depan orang tuanya. Selain
itu, jangankan merajuk, tersenyum pun sulit ia lakukan. Bukan tak mau,
entah kenapa Elsa enggan saja melakukan hal-hal sederhana yang lazim
dilakukan seperti itu di depan orang lain.
Ayahnya tertawa
mendengar ucapannya. "Itu menyenangkan sekali. Dad yakin akan jauh lebih
menyenangkan kalau kamu sudah bisa beradaptasi. Dan, bagaimana
apartementmu? Kamu suka?"
Elsa mengangguk. "Ya, tak buruk. Cukup nyaman dengan pemandangan erotis yang kulihat tiap pulang sekolah." ujarnya asal.
Memang, setiap pulang
sekolah tak jarang Elsa menemukan pasangan mesum yang bercumbu panas di
depan pintu apartement sebelah. Meskipun bukan di depan apartementnya,
tetap saja Elsa jengah dengan pemandangan itu. Ternyata di tempat
tinggalnya sekarang tak jauh beda dari tempat tinggalnya dulu,
pasangan-pasangan liar masih saja sering ia temukan disini.
Elsa memutar bola
matanya tak sopan ketika layar laptop memperlihatkan ibunya yang
tiba-tiba datang dan duduk di pangkuan ayahnya, lalu mereka berciuman.
"Ugh, Mom Dad! Bisakah kalian tidak berbuat mesum di depanku? Aku masih
di bawah umur!"
Ibunya yang cantik
tertawa lepas lalu mengedipkan sebelah matanya genit. Elsa hampir muntah
dibuatnya. "Maafkan Mom sayang, hanya saja.. kamu tau kan kebiasaan
kami?"
"Ya, ya. Asal jangan sampai ada adik saja ketika aku kembali. Bye Mom, Dad." Elsa mengakhirinya dengan lambaian tangan.
Elsa merapikan selimut
setelah menyingkirkan laptopnya. Ia mengulum senyum, senang melihat ayah
dan ibunya masih romantis di usia mereka yang memasuki kepala empat.
Kisah cinta ayah dan ibunya membuat Elsa percaya kalau cinta sejati
memang nyata di dunia ini, buktinya ayah dan ibunya tetap saling
mencintai meskipun sudah hidup bersama selama hampir tujuh belas tahun.
Dengusan geli menggantikan senyumnya, lagi-lagi karena ayah dan ibunya.
Elsa menyebut mereka dengan Pervert Couple karena tak sungkan berbuat
mesum di tempat umum, pun di hadapannya. Tapi, seberapa baik atau buruk
pun ayah dan ibunya, Elsa tetap mencintai mereka melebihi apapun di
dunia ini.
Pukul enam pagi Elsa
sudah selesai mematut dirinya di meja rias. Polesan lipbalm rasa coklat
kesukaannya menandakan berakhirnya dandanan naturalnya pagi ini.
Walaupun pendiam dan pemalu, sedikit banyak Elsa juga peduli dengan
penampilan. Mau bagaimanapun ia juga kan seorang perempuan.
Empat puluh lima menit
kemudian Elsa sudah berada di kelasnya. Memangku tangan dan menghadap
jendela sekaligus menulikan telinga dengan ramainya suasana kelas. Elsa
lebih menyukai kesunyian yang menurutnya menenangkan daripada berisik
dan mengganggu seperti ini. Ia mulai berpikir untuk menghabiskan waktu
istirahatnya dengan mencari tempat sepi yang jauh dari gangguan
murid-murid sekolah. Kemudian akan menempati
tempat-yang-akan-ditemukannya itu seorang diri selama ia bersekolah
disini.
"Aku heran dengan mulut mereka yang tak bisa berhenti bicara."
Elsa menoleh dan melihat Kenia yang tersenyum sambil berkata hai dengan ramah. Ia menjawabnya dengan senyum tipis.
"Hei, kamu lebih cantik kalau tersenyum!"
Mau tak mau Elsa kembali
tersenyum. Kenia dengan sifat supelnya tentu membuat Elsa berpikir dua
kali untuk menolak pertemanan yang Kenia tawarkan secara tersirat itu.
"Kamu bersemangat sekali pagi ini." akhirnya Elsa membuka suara.
"Tentu saja!" kemudian
Kenia terkikik malu-malu. "Semalam aku bertunangan." bisiknya kemudian
menunjukkan cincin di jari manisnya.
Bertunangan? Di usia
sebelia ini? Elsa hampir-hampir tak percaya kalau Kenia tak menunjukkan
cincin pertunangannya. Teman barunya itu juga terlihat sangat bahagia.
Pantas saja, siapa yang tidak bahagia bertunangan dengan seseorang yang
dicinta? Elsa juga berharap nanti ia menemukan cintanya, entah di
belahan dunia mana cintanya itu bersembunyi.
"Selamat kalau begitu."
"Terimakasih. Maaf aku
tak mengundangmu, tapi kupastikan kamu akan menjadi orang pertama yang
kuundang saat aku menikah nanti." Kenia tampak bersungguh-sungguh kali
ini.
Elsa tertawa kecil, lalu mengangguk. "Dengan senang hati aku akan memenuhi undanganmu.
Nada suara Kenia semakin bersemangat ketika berkata, "Kita akan menjadi teman baik Elsa. Aku tau itu!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan yaa :)