Selasa, 03 Oktober 2017

Beautiful Desire - 04

NOT FOR UNDERAGE


"Pak Rexan menjadi topik hangat akhir-akhir ini di kalangan murid baru seperti kita. Pak Rexan inilah, Pak Rexan itulah, aku sampai bosan mendengarnya. Seakan-akan Pak Rexan tak punya cela sedikit pun di mata mereka."

Elsa diam tak menanggapi berita yang menurutnya tak penting itu. Tatapannya lurus ke arah novel yang tengah dibacanya. Novel berbahasa asing itu benar-benar dikemas secara apik dari segi intrinsik maupun ekstrinsiknya. Membuat Elsa semakin bersemangat untuk segera menamatkannya.

"Kamu benar-benar tak punya hubungan apapun dengannya kan?"

"Tidak." jawab Elsa singkat.

"Baguslah. Kudengar dari anak-anak senior Pak Rexan tak sebagus tampilan luarnya. Dikatakan ia juga seorang cassanova, beberapa murid perempuan disini bahkan ada yang mengaku pernah ditidurinya."

Elsa menahan dengusan. Ia sudah tahu lebih awal tentang hal itu, melihat dengan mata kepalanya sendiri bahkan.

"Yaa tapi kalau dipikir-pikir lagi tak mungkin Pak Rexan seperti itu kan? Dia seorang guru yang harus memberi contoh baik. Kecuali kalau para perempuan sendiri yang menyodorkan dirinya untuk dimangsa. Kucing mana yang menolak jika ikan sudah mengumpankan diri?" Kenia kembali berceloteh.

Elsa melipat ujung lembaran kertas novelnya, kemudian menyimpan novel itu di dalam tasnya. Ia akan lanjut membacanya nanti. Diputarnya tubuhnya menghadap Kenia. "Kenapa kamu sibuk membicarakan guru itu? Yang kutau, kamu tidak begitu menyukainya."

Kenia mengedikkan kedua pundaknya malas. "Aku hanya curiga padamu mengingat Pak Rexan pernah keluar dari apartementmu dalam keadaan kacau. Kamu memang berniat menyembunyikan sesuatu dariku ya?" mata sipit Kenia menyipit curiga.

"Aku tak menyembunyikan apapun darimu." Elsa mengelak, merutuk keingintahuan Kenia yang begitu tinggi. Sejak kemarin Kenia tak berhenti bertanya tentang Rexan padanya.

"Baiklah. Akan kucari tau sendiri. Dan kalau aku sudah ta--"

Elsa mengangkat tangannya meminta Kenia untuk berhenti bicara. Ia mendesahkan napas beratnya sesaat sebelum mengangguk. "Akan kuceritakan. Tapi kamu harus menyimpannya untuk dirimu sendiri."

Kenia mengangguk paham. Dan ketika Elsa mulai bercerita, ekspresi wajah Kenia mulai berubah-ubah. Dari membelalak, terkesiap, membulatkan bibir sampai merona tak jelas. Membuat Elsa merasakan pipinya ikut memanas atas reaksi Kenia. Aish, ia tak menyangka akan semalu ini menceritakan tentang apa yang telah terjadi antara dirinya dan Rexan kepada Kenia. Bagaimana tidak malu kalau Elsa menyampaikan ceritanya dengan begitu detail tanpa ditambah ataupun dikurangi. Ekspresi yang terakhir Kenia tunjukkan adalah tatapan mata yang menyorot kasihan pada Elsa.

"Oh, aku tak percaya ini! Aku tak tau harus mengatakan apa, tapi.. astaga! Dasar lelaki dan kejantanan mereka!" ujar Kenia berapi-api.

Elsa berdiri dari duduknya di kursi kantin mendengar bel masuk berbunyi. "Kamu duluan saja. Aku mau ke toilet."

Kenia menawarkan diri untuk menemani tapi ditolak dengan halus oleh Elsa. Gadis itu berjalan dalam diam tanpa peduli dengan berpasang-pasang mata yang menatapnya. Tujuannya hanya satu, ke toilet untuk membasuh tangan dan wajah. Elsa menulikan telinganya terhadap bisik-bisik siswa lain juga terhadap sapaan genit murid laki-laki yang berpapasan dengannya. Ia masuk ke toilet perempuan, melakukan apa yang menjadi tujuannya lalu segera keluar dari toilet. Tiba di kelas ternyata kegiatan belajar mengajar belum dimulai karena guru mata pelajaran jam ini tidak masuk. Jam kosong berlanjut sampai bel pulang berbunyi yang disambut sorakan riang seisi kelas. Tidak dengan Elsa yang belum bisa pulang karena mendapat tugas piket.

Menit demi menit berlalu sampai kelas bersih. Teman-teman sepiketnya berpamitan pulang dan meminta Elsa menyimpan kembali alat kebersihan di gudang khusus yang diiyakan Elsa begitu saja.

Akibatnya, lagi-lagi Elsa harus menonton adegan panas dimana Rexan tengah bercinta dengan posisi berdiri di gudang khusus yang dimaksud. Mata lelaki itu berkilat tajam ketika melihat Elsa berdiri di ambang pintu menatapnya dalam diam. Ia menghentak pinggulnya makin cepat membayangkan kalau yang saat ini disetubuhinya adalah Elsa. Sementara gadis yang ia setubuhi berteriak-teriak nikmat dan mendesah kencang seperti jalang.

Elsa menutup matanya, meletakkan alat kebersihan yang dibawanya lalu segera pergi dari tempat itu. Rexan benar-benar bajingan sejati. Baru beberapa hari lalu lelaki itu meminta Elsa menjadi kekasihnya dan mengatakan tak lagi bergairah dengan perempuan lain. Tapi apa? Elsa mendengus, ia malah bercinta dengan hebat dengan perempuannya.

***

Rexan mengerang dan meneriakkan nama Elsa ketika mendapatkan pelepasannya. Beriringan dengan orgasme siswi yang entah siapa namanya yang baru saja menjadi tempat pelampiasan gairahnya terhadap Elsa.

Ia melepas pengaman dari kejantanannya lalu membuangnya sembarangan. Kemudian merapikan kembali kemeja dan celananya. Ditatapnya datar siswi itu yang tersenyum menggoda ke arahnya. Benar-benar tipe perempuan murahan.

"Pulanglah dan jangan pernah menggodaku lagi. Ini terakhir kalinya kita berhubungan."

Siswi itu terkejut. Tapi Rexan tak peduli. Ia dengan langkah panjangnya langsung pergi ke area parkir untuk mengambil mobilnya lalu melajukannya menuju apartementnya. Apartement Elsa sebenarnya karena kini ia sudah berada di depan apartement gadis itu. Entah mengapa ia merasa harus menjelaskan apa yang Elsa lihat tadi agar gadis itu tak salah paham.

"Ada apa?" Elsa menyembulkan kepala dari pintu yang dibukanya.

Rexan menggapai tangan gadis itu, menyeretnya menuju apartementnya lalu menghempaskannya ke sofa di bawah tindihannya. Gadis itu meronta, mendorong-dorong dada Rexan dan menendang-nendangkan kakinya ke segala arah.

Rexan menggeram. "Diam atau aku akan memperkosamu disini sekarang juga."

Elsa membeku, membalas tatapan Rexan pun ia takut. Bukan hal mustahil bagi Rexan untuk mewujudkan ancamannya mengingat lelaki itu adalah penjahat kelamin.

"Apa yang kamu lihat tidaklah seperti apa yang kamu pikirkan. Aku memang bercinta dengan perempuan itu, tapi aku membayangkannya sebagai dirimu. Secara tidak langsung kamu sudah menyiksaku Els, kamu membuatku berhari-hari menahan gairahku yang besar terhadapmu. Hingga aku harus melampiaskannya dengan perempuan lain, membayangkan kalau itu kamu."

Rexan menjatuhkan wajahnya di perpotongan pundak dan leher Elsa. Ia kalut. Ia bukanlah lelaki yang bisa menahan libidonya dan Elsa memaksanya melakukan hal itu. Hari ini, empat hari setelah tuntutan cinta Elsa, Rexan benar-benar tak bisa menahan gairahnya hingga akhirnya melampiaskannya kepada gadis yang memiliki sedikit kesamaan dengan Elsa.

Tapi itu tak membuatnya puas. Yang ia inginkan adalah Elsa. Bukan gadis manapun yang memiliki kemiripan dengan Elsa.

"Apa yang telah kamu lakukan padaku Els? Bahkan dengan tunanganku pun aku tak sampai sekacau ini. Aku yakin ada hal lain yang mempengaruhiku selain tubuhmu." dan aku tak tahu hal apa itu. Lanjut Rexan dalam hati.

Tunangan? Bahkan Rexan sudah bertunangan!

"Ya, aku pernah bertunangan dan aku mencintai tunanganku. Tapi ia meninggal membawa cintaku bersamanya. Karenanya aku tak memiliki cinta di hidupku yang masih berlanjut." terang Rexan seakan mengerti apa yang terlintas di benak Elsa. Lelaki itu mengecup bibir Elsa lalu membawanya dalam sebuah ciuman panjang yang memabukkan.

Elsa yang sudah bingung dengan beberapa pernyataan Rexan kini semakin bingung setelah lelaki itu melepaskan tautan bibir mereka.

"Sekarang kamu kekasihku dan aku tak butuh jawaban."

***

"Sampai kapan kamu akan menahanku disini? Aku butuh mandi, berganti baju dan makan Rexan!" pekik Elsa kesal. Sudah sejak satu jam yang lalu ia meminta Rexan membukakan pintu dan membiarkannya kembali ke apartementnya, tapi lelaki itu mengindahkannya. Dan Elsa kesal setengah mati dibuatnya.

Rexan baru tahu kalau Elsa memiliki sisi kekanak-kanakan juga, jujur saja ia menyukainya. Lihat tingkah gadis itu yang menggembungkan pipinya dengan lengan bersidekap di depan dada, membuat Rexan ingin menciumnya.

Rexan meraih tangan Elsa dan gadis itu menepisnya. Matanya sudah terlapisi selaput bening yang siap tumpah sekarang. Rexan tercengang. "Elsa, kenapa?"

Elsa benci harus menunjukkan sisi cengengnya di depan Rexan. Tapi inilah hasilnya kalau kekesalannya memuncak. Elsa akan menangis kalau terlampau kalut, takut, kesal, marah dan juga bahagia. Ia akan menangis kalau emosinya sudah tak terkontrol.

Rexan bingung sekarang. Jika biasanya ia bingung karena sulit mengatasi gairahnya kalau berada di dekat Elsa, kini ia bingung mengatasi Elsa yang tengah menangis dan menghindari sentuhannya.

"Aku tidak akan segan-segan menciummu lagi kalau kamu tak juga diam Elsa." ancamnya dengan suara rendah.

Berhasil.

"Kamu seperti anak kecil." ujar Rexan sambil menghapus sisa-sisa air mata Elsa di pipi gadis itu.

"Aku memang masih kecil!"

"Oh, tentu saja. Kamu adalah anak kecil yang bisa memproduksi anak kecil. Bukankah begitu?"

Elsa memalingkan wajah. "Aku mau pulang."

"Tak perlu pulang. Kamu bisa mandi disini dan memakai baju milikku, untuk urusan pakaian dalam kamu tak perlu memakainya. Kamu juga bisa memasak di dapurku." ucap Rexan tegas, tak ingin dibantah. Elsa pun tak berniat membantah, ia terlalu lelah, lapar dan mengantuk.

Maka setelah mandi dan makan malam, Elsa bergegas menemui Rexan di ruang kerjanya.
Satu lagi kenyataan yang baru Elsa ketahui. Menjadi guru adalah pekerjaan sampingan Rexan, pekerjaan utama lelaki itu adalah mengelola sebuah perusahaan besar dengan jabatan sebagai CEO.

"Dimana kamarku?" Elsa berdiri di depan Rexan dengan meja kerja sebagai penghalang mereka.

Mata Rexan menajam meneliti penampilan Elsa. Gadis itu mengenakan kaos putih miliknya yang berbahan tipis dan celana boxernya. Kedua pakaian itu menenggelamkan tubuh mungil Elsa karena ukurannya terlalu besar. Tapi justru terlihat sensual di mata Rexan. Terlebih lagi puting payudara Elsa yang menyembul di balik kaosnya. Untuk ukuran payudara, milik Elsa terlampau besar untuk gadis berusia 16 tahun. Tapi hal itu justru sesuai dengan tinggi badan gadis itu yang melebihi remaja seusianya. Wajar saja kalau mengingat darah campuran yang mengalir di tubuh Elsa.

Rexan berdeham kecil sebelum menjawab. "Di kamarku." kemudian ia menggendong Elsa ala bridal dan melemparnya ke kasur ketika tiba di kamarnya. 

Elsa dengan sigap berguling menghindar hingga Rexan gagal menindihnya, membuat lelaki itu terkekeh. Elsa duduk tegak untuk meletakkan guling sebagai pembatas wilayahnya dengan wilayah Rexan. Lelaki itu memberinya pandangan bertanya.

"Aku masih belum sudi membiarkan vaginaku dimasuki olehmu!" jawaban yang terlalu sengit hingga Rexan terbahak mendengarnya.

Rexan mana peduli, lelaki itu melempar guling pembatas itu menjauh dan merengkuh tubuh mungil Elsa dalam dekapannya, juga membelit kaki gadis itu dengan kakinya hingga Elsa tak bisa berkutik. 

***

Next: Beautiful Desire - 05

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan yaa :)

My Step Brother - 6 (Ending)

Chapter 6 ( Ending) Dua hari kemudian Bian membuka akun instagramnya. Gerahamnya segera saja bergemeletuk menahan geram ketika menda...