Selasa, 03 Oktober 2017

Beautiful Desire - 10

NOT FOR UNDERAGE


"Are you crazy?!"

Itu adalah tanggapan pertama dari Kenia setelah Elsa menceritakan alasan mengapa wajahnya cerah hari ini. Elsa menduga mungkin saja Kenia memiliki bakat menjadi detektif dilihat dari betapa pekanya sahabatnya itu terhadap sekitarnya. Terutama terhadap apa yang terjadi dengan Elsa.

"El, kamu tau sendiri ia manusia paling bejat di dunia. Ia yang sudah memperkosa kamu sekarang kamu terima begitu saja kehadirannya, bahkan menyambutnya dengan senang hati! Dimana pikiranmu sebenarnya?!"

Elsa menunjukkan wajah merengutnya. "Aku tidak tau Ken. Hanya saja.. aku.. menikmati kehadirannya di hidupku."

Mata Kenia menyipit. "Apa kamu.. mencintainya?"

Elsa terdiam.

"Kamu mencintainya El?"

"I think, I am."

Kenia menggeleng tak percaya. Sudut matanya menangkap kilauan ketika Elsa menyelipkan rambut ke balik telinganya. Segera saja ia menarik tangan kanan Elsa, membuat si empunya tangan bingung.

"Ini. Cincin ini. Dari mana kamu mendapatkannya?"

Elsa menelengkan kepala melihat cincin yang melingkar di jari manis tangan kanannya, kemudian mengernyit. Seingatnya ia tak pernah mengenakan cincin itu. "Entahlah, mungkin aku membelinya." jawabnya acuh.

Kenia mengerang frustasi. Ia merenggut paksa cincin itu dari jari Elsa lalu menelitinya. Cincin itu berwarna putih tanpa corak apapun. "Reagan." gumamnya membaca ukiran nama di sisi dalam cincin.

Kemudian Elsa teringat bahwa semalam ketika ia sudah akan terlelap, Rexan menyematkan benda itu di jarinya lalu mengecupnya dan membiarkannya tidur.

"Itu nama.. Rexan.." Elsa tersenyum senang.

Kenia mengembalikan cincin itu. "Aku tak tau harus berkata apa. Kemarin kamu seperti orang kehilangan jiwa, dan sekarang tiba-tiba kamu kembali mendapatkan semangat hidupmu. Mungkin saja kamu memang mencintainya. Kamu memang gila El."

Elsa tertawa kecil menanggapinya. Ah, ia mencintai Rexan...

"Kamu melihat berita pagi ini?"

Elsa menggeleng. Sedikit heran mengapa Kenia begitu mudah mengalihkan topik bahasan.

"Aku sudah menduganya. Kamu memang terlalu sibuk dengan ranjang Rexan."

Elsa mendengus, namun tak urung wajahnya merona. Bukan ia tak tahu apa maksud sahabatnya itu. 

Kenia vulgar sekali!

"Velin dan Rindy ternyata bersaudara. Mereka ditemukan di pinggir jalan dalam keadaan telanjang dan penuh luka. Kepolisian menduga mereka menjadi korban pemerkosaan." sambung Kenia lagi.

Elsa tampak terkejut, sama terkejutnya dengan Kenia tadi pagi saat menonton berita di televisi.

"Tapi pelakunya belum ditemukan. Dan sepertinya polisi sudah menyerah mencarinya."

"Bagaimana bisa polisi menyerah sebegitu cepatnya?!" Elsa meninggikan suaranya.

"Entahlah. Apakah sepenting itu untukmu kalau polisi menyerah?"

"Tidak juga. Tapi kan harusnya tidak seperti itu."

"Biar saja seperti itu. Anggap saja itu balasan untuk Rindy dan Velin karena sudah menyakitimu. Kamu tak ingat karena ancaman mereka kamu menjadi korban Rexan?"

Elsa mengangguk-angguk. "Sudahlah, jangan bahas itu lagi."

"Ellysa!"

Elsa menoleh dan terkejut.

***

Gadismu begitu segar dan terlihat lezat. Bukankah ia sedang bersekolah?

Rexan mengumpat marah setelah membaca pesan itu. Orang gila itu apa sedang mengancamnya? Elsa sedang di sekolah, jauh dari pengawasannya. Lengah sedikit saja, gadis itu akan berada dalam bahaya. Rexan mengambil kunci mobilnya. Memerintah Emilia untuk membatalkan seluruh meeting pentingnya hari ini dengan suara yang menyerupai geraman.

Mobilnya melaju kencang membelah jalan raya. Pikirannya penuh dengan nama Elsa. Sialan sekali gadis itu menyita seluruh akal sehatnya. Ia sampai di pelataran parkir. Langsung mengayun langkah menuju tempat dimana Elsa berada tiap jam istirahat. Tanpa peduli tatapan ingin tahu seluruh penghuni sekolah yang dilewatinya. Dan ia melihat gadis itu disana bersama temannya, tanpa satu kekurangan pun.

"Ellysa!"

Rexan melihat keterkejutan gadisnya. Dengan langkah lebarnya ia mendekat dan memeluk Elsa begitu saja. Ia menghirup aroma gadisnya dengan rakus, merasakan kelegaan menyelimuti dadanya.

Tanpa membiarkan Elsa bertanya dan mencerna apa yang terjadi, Rexan sudah menahan tengkuk gadis itu lantas menciumnya lembut. Ia mengerang ketika Elsa terbuai dan membalas ciumannya. Sambutan yang sangat menyenangkan.

"Bisakah kalian berhenti berciuman dan mengingat kehadiranku disini?!" pekik Kenia kesal dengan wajah merah padam. Malu sendiri melihat adegan ciuman panas sahabatnya. Beruntungnya mereka sedang di atap sekolah, jadi kemungkinan besar tak ada yang melihat perbuatan Elsa dan Rexan.

Seperti tersadar, Elsa menarik kepalanya mundur hingga tautan bibirnya dengan Rexan terlepas. Ia tersenyum kikuk dan Kenia membalasnya dengan dengusan jengah. Sementara Rexan tetap tenang dengan kedua tangan masih berada di pinggang Elsa, tatapannya pun lurus ke arah gadisnya.

"Sebaiknya aku masuk kelas." kata Kenia malas.

Elsa menghela napas. "Kamu membuatku malu di depan Kenia. Ada apa?"

"Tidak ada." Rexan terlihat acuh. "Hanya merindukanmu."

Semburat merah menghiasi wajah Elsa dan Rexan tersenyum miring melihatnya. "Kamu tau, aku pernah berfantasi liar dengan memasukimu disini. Mau membantuku mewujudkannya?"

Elsa merengut. "Kamu berkata seakan mengajakku untuk membeli es krim. Sudahlah, aku mau ke kelas juga. Kamu pulang saja."

Rexan tersenyum simpul sebagai bentuk mengalah. "Aku akan menunggumu di mobil." diberinya satu kecupan lembut di kening Elsa sebelum gadisnya itu berlalu.

***

Next: Beautiful Desire - 11

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berkomentarlah dengan sopan yaa :)

My Step Brother - 6 (Ending)

Chapter 6 ( Ending) Dua hari kemudian Bian membuka akun instagramnya. Gerahamnya segera saja bergemeletuk menahan geram ketika menda...