NOT FOR UNDERAGE
Bunyi bel apartement yang berulang-ulang memaksa Elsa untuk menyudahi acara mandinya. Ia melilitkan handuk ke tubuhnya lalu keluar dari kamar mandi. Dengusan jengah meluncur dari bibirnya ketika ia hendak mengambil baju mendengar lagi bunyi bel tak sabaran.
Dasar Kenia. Elsa yakin itu Kenia. Karena semalam Kenia menghubunginya dan mengatakan akan berkunjung ke apartementnya entah untuk apa. Tapi Elsa tak menyangka Kenia akan datang sepagi ini. Jam 05.00. Seperti tak ada kerjaan saja teman barunya itu datang di pagi buta saat ayam belum berkokok.
Elsa melempar asal baju yang didapatkannya ke tempat tidur. Mengindahkan apa yang ia kenakan ia pun membuka pintu apartement. Toh hanya Kenia. Apa masalahnya ia hanya memakai handuk di depan Kenia? Mereka sama-sama perempuan. Tapi, dua detik setelah terbukanya pintu, Elsa baru sadar kalau yang berdiri di depannya bukanlah Kenia.
Itu Rexan Abimanyu dengan tatapan laparnya.
Elsa menutup lagi pintunya, namun kalah cepat dengan gerakan Rexan yang menahannya. Lelaki itu menerobos masuk dengan mudah.
"Kamu benar-benar menguji imanku Elsa." geram Rexan sembari mengontrol gairahnya. Melihat tubuh segar di hadapannya membuat libidonya memuncak. Padahal niatnya tadi hanya ingin bertamu baik-baik untuk lebih mengenal Elsa dan dengan perlahan menarik Elsa ke pelukannya.
Elsa menggeleng panik. "A-aku akan memakai baju!" ia memutar badan, berlari menuju kamarnya yang tak ia sangka akan membuatnya semakin berada dalam bahaya.
Rexan menyusul Elsa. Mengunci kamar gadis itu dan mendekat ke arahnya mengintimidasi. Ah, hal apa yang paling tepat dilakukan oleh dua orang berbeda gender di dalam satu ruangan yang sama?
Elsa memekik kaget saat Rexan memeluk pinggangnya dan menahan tengkuknya. Tanpa aba-aba lelaki itu memajukan kepala menyatukan bibir mereka. Rexan menciumnya lembut, membuainya terhadap sentuhan kecil yang membuat jiwa remajanya mendesak keluar.
Lembut dan rasa coklat. Rexan tesenyum di sela pagutannya. Dihisapnya bibir bawah dan atas Elsa bergantian. Merasai tekstur bibir itu di bibirnya. Oh, tentu saja ia akan merindukan rasa bibir itu nanti. Oleh karena itu untuk sekarang Rexan akan memuaskan dahaganya semaksimal mungkin.
Rexan menekan tengkuk Elsa semakin dekat, lidahnya setengah memaksa memasuki rongga mulut gadis itu yang kini masih memilih menjadi pihak pasif. Pikiran Elsa bercabang. Alarm peringatan untuk menolak dan menghindar bergaung di kepalanya. Sementara di sisi lain ia menemukan dirinya begitu menikmati ciuman yang Rexan kendalikan. Bagaimana bibir lelaki itu melumat bibirnya, menghisap juga menggigitnya dengan lembut. Bagaimana lidah itu mengabsen isi mulutnya dan mengajak lidahnya bergelut. Lebih dari itu, Elsa tak menyangka kalau ciuman pertamanya akan dicuri oleh orang yang baru saja dikenalnya, gurunya sendiri.
"Berpakaianlah." lalu Rexan meninggalkan gadis itu mematung di tempat.
Bagai disambar petir Elsa tersadar, menunduk memeluk handuknya yang sedikit melorot. Ia.. apa yang baru saja dirinya lakukan? Membiarkan lelaki semacam Rexan menciumnya begitu saja. Ia baru saja bertindak seperti seorang jalang simpanan Rexan. Seorang jalang yang sejak dulu dikutuknya mati-matian. Elsa merengut dengan bibir mencebik. Heran sendiri mengapa ia bisa begitu menikmati ciuman Rexan. Ah, mungkin saja itu karena pertama kalinya ia berciuman. Iya, pasti begitu.
Elsa menggelung rambutnya asal setelah memakai kaos oblong dan juga hotpants. Ia keluar dari kamar mengira Rexan sudah pergi. Tapi nyatanya lelaki itu sedang duduk di kursi bar yang tinggi sambil tersenyum miring mengamatinya.
Rexan mengangkat sebelah alisnya karena Elsa mengabaikannya. Gadis itu keluar dari dapur membawa sepiring brownies coklat lalu duduk di sofa dan mulai menikmatinya dalam diam.
"Elsa."
"Kamu menciumku." suara gadis itu mengalun lirih.
"Aku menginginkan dirimu." Rexan duduk di sebelah Elsa.
"Kamu.. apa?"
Rexan mengambil piring di tangan Elsa lalu meletakkannya di meja. Ia tak mempedulikan pekikan gadis itu ketika mengangkatnya ke pangkuannya.
"Kapan kita bertemu?"
"D-dua hari yang lalu. Turunkan aku. Kenapa kamu--"
"Sejak dua hari yang lalu aku menginginkanmu. Ini lebih dari sekedar keinginan untuk bercinta denganmu. Ya, memang seperti itu. Aku ingin bercinta denganmu. Kamu mengerti?"
Elsa mengangguk ragu di tengah keterkejutannya. "Ya. Ta-tapi--"
"Tapi ini berbeda dengan ketika aku menginginkan tubuh perempuan lain. Kamu, ya, mungkin lebih dari itu. Aku tak memiliki gairah lagi dengan perempuan lain sejak melihat kamu. Padahal, hampir setiap waktu kosong yang kumiliki kugunakan untuk bercinta. Aku sudah mencoba membangunkan hasratku, dan sepenuhnya gagal. Tapi ketika melihat kamu lagi, dari jarak jauh pun gairahku memuncak seketika."
Elsa menggigit bibir bawahnya gugup. Ia merasakan tonjolan ereksi Rexan di bokongnya, itu membuatnya gusar karena intinya berdenyut aneh sekarang. Terlebih mendengar keterusterangan Rexan mengenai keinginan untuk bercinta dengannya, itu membuat darahnya berdesir cepat. Ya ampun, apa maksud Rexan mengatakan hal itu kepada gadis kecil seperti Elsa? Memang apa yang Rexan harapkan dari gadis 16 tahun sepertinya? Memuaskan lelaki itu? Dan kenapa pula Elsa repot-repot memikirkan itu semua? Harusnya ia tak peduli. Elsa tahu sendiri seberapa bejatnya Rexan, dan tentu saja tak mau menjadi korban kebejatan lelaki itu.
Usapan ibu jari Rexan di bibirnya membuat fokus Elsa kembali ke topik pembicaraan lelaki itu. "Kamu punya banyak wanita di luar. Kenapa harus aku?" akhirnya ia bertanya.
"Karena yang kuinginkan hanya kamu. Bukan mereka."
"Tapi aku tak mengenalmu."
"Bahkan aku tak perlu berkenalan untuk membawa seorang wanita ke tempat tidurku."
Itu menunjukkan kalau Rexan arogan. Elsa yakin dengan berkenalan pun Rexan tak kan ingat wanita mana saja yang telah ditidurinya. Rexan hanya mementingkan kepuasannya sendiri lalu melupakan wanita-wanitanya. Dan Elsa tak mau menjadi bagian dari wanita yang Rexan lupakan. Bukan berarti Elsa ingin menjadi wanita selalu diingat oleh Rexan, tapi.. hei, memangnya kapan Rexan memintanya menjadi wanita lelaki itu?!
"Aku mau kamu menjadi kekasihku. Dalam artian yang sebenarnya." tukas Rexan langsung.
Dalam artian sebenarnya? Maksudnya ada kontak fisik dalam hubungan yang Rexan tawarkan? Tidak, Elsa tak sesiap itu. Elsa mempercayai hubungan yang didasarkan atas nama cinta.
"Aku tidak mau. Bisakah kamu menurunkan aku? Aku.. eh, tak nyaman," Elsa bergerak gusar.
Rexan mengerang tertahan. Gerakan Elsa membuat miliknya semakin mengeras. "Kamu tak nyaman karena milikmu bereaksi terhadap tekanan milikku. Benar bukan?"
Tangan kanan Rexan dengan kurang ajarnya menangkup kewanitaan Elsa dari permukaan hotpants gadis itu. Kemudian menekan jarinya tepat di titik Elsa yang berdenyut. Mata gadis itu terpejam dengan desahan tertahan.
Rexan menyeringai. "Akan lebih nikmat jika penisku memasuki vaginamu."
"Aku tidak mau." Elsa membiarkan pikiran jernihnya melakukan tugas.
"Benarkah?" Rexan bertanya meremehkan. Bagaimana gadis itu bisa menolak sedangkan tubuhnya begitu mendambakan sentuhan Rexan? Rexan tahu dirinya berada di ambang keberhasilan saat ini. "Kamu yakin akan menolak tawaranku?"
Elsa menahan tangan Rexan, menelan ludah kelu. "Aku.. kenapa kamu melakukannya padaku? Aku tak punya pengalaman sedikitpun mengenai seks."
"Berikan aku satu alasan untuk tak melakukan ini padamu. Maksudku, menjadikanmu kekasihku." tangan Rexan merambat ke perut Elsa. Semakin ke atas mencari gumpalan daging lembut yang tertutup bra.
Kenapa Rexan melakukan ini padanya? Sentuhan lelaki itu membuat pikirannya berkabut bercampur takut. Tak bisakah Rexan membiarkan Elsa berpikir dingin untuk mendebat segala pertanyaan dan jawaban Rexan? Rasanya Elsa ingin menangis saja sekarang saat Rexan meremas payudaranya juga mencubit putingnya yang tiba-tiba menegang.
"Kamu tak punya satu alasan pun untuk menolakku Els."
"Kamu tak mencintaiku. Aku menginginkan sebuah hubungan dengan cinta di dalamnya."
Jawaban Elsa berhasil membuat Rexan terdiam. Gadis itu menggunakan keterdiaman Rexan untuk turun dari pangkuan lelaki itu dan duduk agak jauh darinya.
Rexan menatap Elsa tak percaya, apa gadis itu baru saja menuntut untuk dicintai? Oh ayolah, bagi Rexan bercinta itu tak memerlukan perasaan lemah bernama cinta. Rexan sudah menghapus perasaan itu dari kamus kehidupannya sejak cintanya dibawa mati oleh tunangannya yang meninggal karena sebuah kecelakaan di Paris beberapa tahun lalu.
"Dan aku yakin kamu tak memilikinya untukku." gumam Elsa kemudian. Ia berdiri lagi ketika bel kembali berbunyi. Mungkin saja itu Kenia.
"Temanku sudah datang. Bisakah kamu pulang sekarang? Aku tak mau temanku berpikir macam-macam tentang kita." sebuah pengusiran halus meluncur dari bibir Elsa.
Rexan beranjak, menghiraukan tatapan bingung yang Kenia layangkan ketika ia melewati teman baru Elsa itu. Ia membanting pintu apartementnya tanpa peduli dengan dua gadis yang terperanjat kaget karena ulahnya.
Cinta?
Rexan lebih memilih mengenyahkan perasaan itu dari hatinya. Cinta membuatmu lemah, karenanya Rexan tak mau lagi berurusan dengan cinta. Ia sudah merasakannya sendiri dulu. Ketika tunangannya tiada, cinta juga kehidupannya ikut lenyap bersamaan. Rexan menjadi lelaki lemah yang tak punya tujuan hidup sejak cintanya pergi. Dan tentu saja Rexan tak mau hal itu terjadi untuk yang kedua kalinya terhadapnya.
Tapi, keinginan untuk memiliki Elsa semakin kuat menerjang pikiran logisnya. Sialan sekali gadis itu menuntut cinta yang sama sekali tak bisa Rexan berikan. Lalu, apa Rexan akan menyerah begitu saja? Tidak. Tentu tidak. Elsa, cepat atau lambat akan membuka kedua pahanya secara sukarela di hadapannya.
***
Next: Beautiful Desire - 04
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Berkomentarlah dengan sopan yaa :)